Pandemi dan Ujian Panjang

perjalanan

Sudah lebih dari setahun umat manusia di seluruh dunia diuji. Negara adidaya yang begitu kuat harus kelimpungan menghadapi wabah yang belum ada ujungnya. Lebih menyesakkan lagi bagi negeri yang tak punya kesiapan untuk menghadapi bencana ini.

Saat ada kebijakan untuk memaksa berada di rumah, tak semuanya punya kemewahan untuk bekerja di rumah. Sebagian besar mau tak mau harus keluar untuk sekedar menyambung nafas. Ada juga jutaan orang yang harus kehilangan pekerjaannya akibat badai besar ini.

Hal yang membuat kita geram adalah adanya orang lain yang mencoba memanfaatkan situasi ini. Dengan mudahnya menimbun obat, alat bantu pernafasan bahkan berebut sekaleng susu sapi. Tampaknya kebanyakan orang amat sangat takut jika dirinya tidak kebagian.

Adapula saluran kebohongan dan berita palsu yang bertebaran. Melalui pesan grup keluarga atau kebohongan yang terorganisir. Pemuja demagog yang tak henti-hentinya menyebarkan kabar penuh dusta. Ada juga dari mereka yang dengan teganya melakukan korupsi dana bencana. Sebuah tanda yang amat jelas bahwa negeri kita tinggali sedang tidak baik-baik saja.

Kaum cerdik cendikia haruslah mengambil peran. Keberadaan mereka sangat ditunggu oleh rakyat. Hati nurani yang masih menyala bisa menjadi penerang bagi negeri yang sedang gelap gulita. Kebenaran pada akhirnya akan menemukan jalannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *